0

My Younger Lover

Posted by Arca Xiatian on 06.49 in , ,
Pertama tama perkenalkan namaku Arca, ini blog ke dua ku soalnya yang pertama tidak bisa kubuka jadi langsung sajalah, aku akan menyuguhkan sebuah cerita

My Lovely Younger
Hari ini sama seperti hari hari sebelumnya, cukup membosankan. Yah tetapi hal hal
membosankan itu terganti dengan adanya teman. Sekalipun teman yang kita punya itu sangat cerewet
dan cukup berisik seperti teman yang aku punya bernama Tiara. Tiara itu asik kalau aku pas lagi mood
ngomong cuman kalau pas males kayak gini aku cuman dengerin ocehannya saja (ups maaf ya ti).
Sekalipun begitu tiara adalah salah satu sahabat terbaikku yang selalu ada di saat aku senang dan duka.
Hingga suatu hari aku Arca bertemu dengan seorang gadis yang cukup cantik di sekolah. Aku
kira gadis itu hanya seorang tamu atau siswi pertukaran pelajaran ternyata dia adalah adik kelasku.
Betapa bodohnya aku selama ini tak pernah melihatnya, entah karena bete atau apa sampai sampai
tidak melihat orang secantiknya. Namanya Aiz dia lucu, imut dan agak sedikit gendut di mataku, hal itu
juga disampaikan tiara. Haha tapi yang pasti tiara hanya menyampaikan adik itu lucu saja, yang berarti
dia tau kalau aku punya perasaan ke aiz.
Hari itu hari paling buruk dalam hidupku, aku dan tiara dihukum karena ketauan guru ngobrol
di kelas membahas si Aiz. Alhasil aku dan tiara dikasih tugas dobel. Sekalipun begitu aku hanya
menjalaninya dengan ikhlas. Tanpa terasa hari ini sekolah sudah usa, aku menuju mushola sekolah
untuk membicarakan hal hal yang perlu dibicarakan bersam teman teman. Entah ini disebut
keberuntungan dalam hari buruk atau apa aku bertemu dengan aiz di mushola, dan yang lebih
mengejutkan bagiku adalah ketika aku mengetahui kalau dia juga se sie/ departemen sama aku.
Sungguh hari yang luar biasa.
Entah sejak kapan hampir tiap hari aku sering memikirkan aiz, mulai senyumnya, pipinya yang
lucu, hingga suaranya. Sayang sekali aku hanya bisa menatapnya dari jauh, yah bagaimanapun aku gak
mau kalau perasaan sayang ku berbah jadi cinta. Karena ketika mencintai orang aku bakal ngelakuin
apapun yang dia inginkan, sekalipun itu hal yang bodoh. Kalau kata Diella salah satu temanku aku
sedang mengalami unrequited love, gara gara dia sering liat nichijou yang ceritanya cinta tak terbalas.
Hari berikutnya sama seperti hari sebelumnya membosankan hingga ada satu pesan layar hp ku
kutekan tombol baca ternyata sms itu dari aiz yang berbunyi “kak, nanti ada rapat lagi? Kalau ada
beritahu aku ya. Makasih :)”. tanpa terasa aku membalas smsnya dengan cukup singkat “mungkin,
nanti kukabari lagi”. Jawabanku memang cukup dingin itu kulakukan agar aku tidak terlampau
menyukainya lebih dari sekedar hubungan kakak dan adik kelas. Ternyata hari ini ada kumpul di
mushola untuk membicarakan job desk per departemen dan kebetulan aku ketua departemen. Betapa
kagetnya aku ternyata aiz adalah wakil departemen yang artinya aku harus berkomunikasi dengannya
agar progam departemen ku jalan dengan lancar, senang sih tapi juga sedikit ragu. Aku melamun
memikirkan itu hingga tak sadar aiz berbicara padaku
“kak arca? Ini jadinya gimana?”
“eh maaf aku melamun , jadi kita bagi tugas yang ada di job desk aja”
“oke kak, kak boleh tanya sesuatu?”
“eh iya tanya saja ” jawabku ragu
“kak arca sama kak tiara pacaran?”
“(hening)”
“ehm maaf kalau pertanyaannya terlalu pribadi”
“ah aku sama tiara tidak pacaran kok kami cuman sahabat, tidak lebih”
“ah syukurlah ” jawabnya lega
“eh?”
“tidak kenapa napa kok kak ”
dan setelah pembicaraan dengan aiz selesai kami pulang dengan arah yang cukup berlawanan.
Esoknya aku bertemu dengan aiz di sekolah, untuk pertama kalinya dia menyapaku dengan
lembut bersama seorang temannya. Aku menceritakan kejadian kemarin ke tiara dan dia seperti biasa
heboh sekaligus tidak terima dibilang pacaran sama aku. Meskipun begitu tiara mengatakan padaku
mungkin saja aiz menyukaiku karena pertanyaannya kemarin, yah aku hanya berpikir positive saja
memang selain itu ada hal lain yang bisa kulakukan?.
Siangnya aku bertemu diella dan tiara sedang mempersiapkan diklat, well mereka ketua
kelompok makanya ribet. Akhirnya aku memutuskan untuk menolong mereka sekalipun aku hanya
membantu dengan teori, karena aku gak terlalu suka hal beginian. Aku merasa sedang diperhatikan dan
benar saja ternyata ada aiz dan dhila. Dhila itu temannya aiz, yang mirip banget kayak temenku yang
pindah. Mulai dari tangan,kaki,badan,proporsi tubuh, hingga wajah yang kuyu sekaligus sifat yang
pendiam. Tanpa terasa aku dari tadi nglamun nginget nginget temanku, sementara wajahku menatap
dhila. Alhasil dhila agak canggung tak liatin hingga aiz pun turut berbicara
“kak arca? Jangan nglamun! *sambil gerakin tangan di wajahku”
“eh maaf maaf”
“wah jangan jangan kakak suka dhila ya?”
“hmm, eh enggak kalau ngliat dhila itu kayak ngliat temenku dulu yang udah pindah”
“hayoo siapa?” candanya
“ehm yang waktu nyiapin ponram k sekolah dulu itu. Ah kamu gak dateng”
“ecieh kakaknya hapal deh kalau aiz waktu itu gak dateng” canda dhila
“ sudah sudah ca, kamu dicariin nando itu” kata tiara
“err ya sudah duluan ya dek, ti, diel”
aku segera menemui nando yang ternyata sedang berpacaran dengan wurry, uh tiara membohongiku
ternyata. Tapi setudaknya aku sudah lepas dari pertanyaan yang tadi, fyuh makasih lah buat tiara sama
diella.
Esoknya aku ada ekskul, dan seperti biasa pembinaku datengnya telat sehingga aku ngobrol
dengan teman teman yang lain dan juga beberapa adek kelas. Ekskulku yang satu ini minim banget
cowok makanya akhirnya aku ngikut nggosip, tapi gak sampai yang melambai. Tiba tiba salah satu
adek kelas yang kuketahui bernama Savira yang mempunyai masa lalu kelam berbicara atau lebih
tapatnya bertanya padaku
“kak arca kak arca tau dhila kan?”
“eh iya kenapa?”
“denger denger dhila itu suka kakak nya lo”
“loh iya? Jangan bercanda dek”
“enggak bercanda kak, masa' kapan hari pas kakak ada di lapangan. Dia berkata kakak keren
duduknya pas di sebelahku lagi. Kan kakaknya emang keren!!”
“hahaha kamu ini bilang keren bukan berarti suka kan?”
“dengerin cerita sampe selesai dulu kak”
“iya iya lanjutin deh”
“terus setelah itu, temennya nanya kamu suka kak arca itu dariapanya sih? Kok sampe tergila gila
gitu”
“hmm terus?”
“dhilanya jawab soalnya kakak baik hati, tidak pilih pilih teman, mudah diajak omong, dan lagi
cakep”
“menurutku selama dhila gak ganggu kamu, biarin aja ca” kata kiko
“err iya ko, btw paknya udah dateng tuh”
“eh iya dadah kak arca kak kiko mau ke kursiku dulu”
“iya” jawabku dan kiko bebarengan
mungkin aku agak shock ngedengerin ceritanya savira tapi bener kata kiko selama dhila cuman jadi
stalker ku dan tidak mengganggu ku itu sudah cukup.
Hari berganti hari semakin lama aku dan aiz semakin dekat bahkan melebihi dekatku dengan
tiara.Tiara pun memborbadirku dengan pertanyaan pertanyaan yang intinya apakah aku dan aiz
berpacaran. Aku seperti biasa hanya menjawab kita hanya teman, meskipun aku dan tiara tau kalau
sebenarnya aku mempunyai perasaan dengan aiz, lambat namun pasti hal itu juga akan aiz ketahui.
Nanti sepulang sekolah seperti biasa aku dan aiz berkumpul di mushola untuk membahas kekurangan
kekurangan progam departemen kami, ternyata saat itu dia membawa seorang temannya yang bernama
dhila. Dhila memang anggota kami makanya dia ikut cuman yang jadi masalahnya adalah aku tau kalau
dia punya perasaan khusus padaku, bukannya tidak senang cuman bingung kalau mau berkata. Apalagi
diella yang dahulu kakak kelompok diklatnya bilang dia itu diam diam menghanyutkan, oh men itu
justru yang ngebuat aku merinding.
“oh ya kak, kakak pernah pacaran berapa kali? ” tanya aiz memecah keheningan
“hm sejujurnya aku belum pernah pacaran sama sekali”
“wow benarkah itu kak?” tanya dhila
“iya dhil ”
“kalau sekarang apa kakak sedang punya perasaan khusus ke seseorang?” gantian aiz yang tanya
“iya dan aku masih belum berani mengunggkapkannya”
“kenapa kak?” tanya dhila
“jujur aku hanya ingin berteman saja, sekarang kan masih masa sekolah”
“apakah itu teman seangkatan kak?” tanya aiz
“oh tidak itu dari angkatan kalian”
“oh ya siapa kak?” tanya dhila dan aiz bebarengan
“kalian pasti tahu” jawabku
“ah kak arca gak seru ” jawab aiz
“atau jangan jangan savira ya kak?” tanya dhila tiba tiba
“eh bukan, kenapa savira disangkut sangkutin” tanyaku balik
“soalnya akhir akhir ini aku ngliat kak arca sering jalan sama savira”
“eh savira yang mana sih?” tanya aiz
“ah anak kelas x gak tau kelas x apa” candaku
“ah kak arca pelit” jawabnya sambil nglembung nglembungin pipi
“biarin haha”
Keesokan harinya aku bercerita kepada tiara dan diella tentang percakapan ku dengn savira dan
juga percakapan ku dengan dhila dan aiz. Mereka hanya geleng geleng kepala, melihatku dikerumuni
adek kelas. Apalagi merekaberkata kalau savira juga menyukaiku, aku sih tidak menyadarinya. Jelas
karena yang aku sadari hanyalah perasaanku ke aiz yang makin lama makin kuat.
Bulan pun berganti bulan, akhirnya aku sudah menyiapkan hatiku untuk menyatakan
perasaanku kepada aiz. Kata tiara tidak baik membuat seorang gadis menunggu. Hari itu aku sudah
menyiapkan segalanya aku hanya butuh doa agar aiz mau meneimaku. Hal yang ku tunggu pun tiba aiz
berdiri di depanku dengan takjub, sontak aku langsung berbicara “aiz kita uda kenal begitu lama , will
you be my girlfriend? ” aiz terkejut melihatku menyatakan perasaanku tapi setelah berpikir beberapa
saat dia memberiku jawaban “aku suka kakak tapi hanya sebagai kakakku, maaf aku tidak bisa
menerima kakak. Karena ada gadis lain yang benar benar mencintai kakak dengan tulus”. Bagaikan
diterkam oleh binatang buas hatiku tercabik cabik mendengar kalimat aiz “baiklah kalau memang
kamu hanya menganggapku seperti itu tapi bagiku hanya kamu satu satu nya orang yang mengisi
hatiku, aku sangat mencintaimu aiz”. Sebelum aku sempat mendengar perkataan aiz hpku berbunyi
menandakan ada yang telfon ternyata dari tiara yang menyuruhku untuk mempersiapkan keperluan buat
diklat, dan ketika aku melihat ke arah aiz berdiri ternyata dia sudah hilang.
Keesokan harinya aku sama sekali tidak melihat aiz dimanapun di sudut sekolah, hal itu
membuatku khawatir hingga hampir semua pelajaran tidak kuperhatikan tiara hanya geleng geleng
melihat sikapku. Tiara hanya berpesan jangan terlalu dipikirkan mungkin aiz hanya sakit, tetapi saat
aku sms tidak dibalas aku telpon pun di luar jangkauan. Bahkan aku juga tidak bertemu dhila, aku
bingung bagaimana mencari mereka. Akupun meminta tolong ke savira untuk mencarikan informasi
tentang aiz dan dhila kenapa hari ini tidak masuk. Ternyata mereka berdua sedang ke luar kota ada
masalah keluarga uh syukurlah. Sementara aku sudah bernafas lega, tiara dan diella memarahiku karena
bolos jam pelajaran yang menurut mereka untuk hal yang tidak penting.
Aku menunggu aiz masuk sekolah, mengiriminya sms yang aku tau bakalan tidak dibalas. Tapi
ternyata takdir berkata lain dia masuk, tetapi kondisinya bisa dibilang jauh dari sehat. Dan lagi tiap kali
aku mendatanginya dia selalu pasang tampang jutek seakan seakan bilang pergi sana aku tiadk
membutuhkanmu. Sementara dhila yang banyak ngomong dari yang sebelumnya, selalu tersenyum
ketika melihatku. Entah karena takdir atau apa dhila pun mengajak berbicara berdua saja
“kak arca, ngerasain perbedaan aiz dari sebelumnya?”
“iya kamu juga? Memang aiz kenapa?”
“mungkin dia lagi ada masalah kak”
“tapi aiz itu hampir tiap kali bertemu denganku, dia selalu menghindar”
“yah mungkin karena aiz bingung bersikap apa ke kak arca”
“apa mungkin karena aku menyatakan perasaanku? Apa itu salah? “ tanyaku bingung
“bukan kak, sepertinya aiz lagi ada masalah keluarga. Mungkin itu yang membuatnya selalu
cemberut”
“kenapa dia tidak cerita kepadaku? Mungkin saja aku bisa membantunya”
“memangnya KAKAK siapanya aiz? PACAR saja bukan?” katanya sedikit marah
“iya tapi dia kan masih temanku, lagian kenapa kamu marah marah sih?” tanyaku makin bingung
“eh iya, tapi apa kakak tau sebenarnya aiz itu...”
“hah aiz, kenapa?”
“eh enggak apa apa kok kak, btw duluan ya kak”
setelah dhila pergi aku merenungi kata kata dhila tadi, apa memang seharusnya aku hanya diam dengan
perasaanku, atau mungkin harusnya aku HANYA jadi kakak baginya. Hari ini aku tambah bingung
mungkinkah hari dimana aku bisa berbicara dengan aiz seperti dahulu itu akan terulang lagi?. Akankah
aiz kembali di sisiku, sebagai teman yang ada saat suka dan duka. Akankah aku melihat tawanya yang
riuh, senyumnya yang khas, matanya yang teduh, pipinya yang lucu dan sosok yang hangat. Akankah
aku menemukan orang selain kamu yang bisa mengisi hatiku terlalu dalam ataukah aku hanya akan
terbuai keindahan setiap tubuhmu dalam khayalku.
Sudah tiga bulan setelah kedatangan aiz, dia semakin tampak kalau sedang kesakitan seperti
efek kemoterapi. Dan akhir akhir ini aku sudah berani untuk sekedar menyapanya, dan kulihat dia
sudah mulai terbiasa denganku lagi. Entah sejak kapan aku dan aiz sudah mulai kirim pesan lewat sms
atau stelfon sekenanya. Yang aku ketahui aiz sedang tidak sakit, tetapi dia akan ke luar negeri dalam
waktu yang lama sekali, untuk membantu neneknya yang sendirian disana sekaligus melanjutkan
sekolahnya. Yah mungkin kalau kau tanya kepadaku jelas aku akan sangat merindukan aiz yah tapi
bgaimanapun itu sudah pilihannya. Aku hanya ingin di sisa waktunya disini yang kurang sebulan lagi
aku ingin selalu bersamanya. Kepergian aiz itu juga pertanda kalau sebentar lagi UKK , yang artinya
mesti belajar supaya pintar dan mendapat beasiswa. Aku juga ingin ke luar negeri tepatnya New York
agar bisa bertemu aiz, karena tempat tinggal aiz juga disana. Bolehkan menjadikan obsesi sebagai
langkah ingin menemui seseorang yang sangat berarti dihatimu.
Hari berganti hari, aku makin sibuk ke perpustakan untuk melengkapi materi materi yang
sekiranya aku lemah. Tidak terasa ternyata saat itu perpustakan sepi hanya ada penjaga perpustakaan,
aku dan savira. Dan tumben sekali savira hanya diam saja, apa mungkin karena sekarang ada di
perpustakan. Lagian penjaga perpustakaan memang terkenal galak sih. Tiba tiba ada secarik kertas
“kak, bisa bicara berdua sebentar? Kalau bisa mari kita ke atap sekolah” aku pun memberikan
ekspresi oke ke savira. Kami berdua pun berjalan ke atap sekolah dalam diam, tumben sekali savira ini
diam apa dia lagi ada masalah. Akhirnya kami sampai di atap sekolah, kebetulan sekali jam segini atap
sekolah sepi jadi disini hanya ada aku dan savira.
“jadi kak, tujuanku sebenarnya membawamu kesini adalah..” savira pun memulai pembicaraan
“iya? Apa kamu ada masalah?”
“sebenarnya iya”
“hah? Dengan siapa?
“dengan kakak”
“kakak siapa? Atau jangan jangan aku?”
“iya, sama kak arca”
“eh? Ada denganku?”
“ak..ku sebenarnya suka kakak, bukan suka lagi tetapi sudah teramat mencintai kakak”
“eh, sebelumnya aku berterima kasih kamu mau menyampaikan perasaanmu ke aku yang tidak peka
ini, tapi maaf aku tidak bisa menerimamu, karena k sudah menyukai orang lain”
“apakah orang lain itu aiz kak? Atau dhila?”
“sebenarnya orang itu adalah aiz, tapi maukah kamu menjadi sahabatku sama seperti tiara dan
diella? Aku tak ingin kehilangan temanku lagi”
“baiklah kak, tapi jangan salahkan aku kalau perasaan ku makin bertambah dengan berada di sisi
kakak”
“anggap aku sebagai kakak, sayangi aku seperti kakak lelakimu sendiri, maukah kamu?”
“ba..iklah kak”
“jangan menangis karenaku komohon, air matamu itu tidak pantas untuk menangisiku”
“kak arcaaaaaaaaa” erangnya
akhirnya savira pun menangis tersedu sedu dalam keadaan memelukku. Mau tak mau aku harus
menunggunya sampai selesai menangis. Sungguh aku tak mau melihat orang menangis karenaku, itu
seperti hanya aku opsi nya. Tapi kalau keadaan itu dibalik kepadaku aku pun juga tidak bisa lepas
untuk mencintai aiz.
Setelah kejadian dengan savira tadi aku mengantarnya pulang, karena kalau dia meneruskan
pelajaran pasti kalutnya tambah parah. Setelah mengantar savira pulang aku mampir ke rumah diella, di
rumah diella ternyata ada tiara dan yukiko. Aku pun bercerita kepada mereka tentang kejadian tadi
kepada mereka, aku lupa kapan terakhir kali aku bercerita kepada mereka tapi rasanya tiap kali aku
cerita kepada mereka perlahan tapi pasti sebagian bebamn ku selalu hilang. Inikah yang disebut
sahabat, perasaan nyaman bukan untuk dimiliki tetapi untuk dijaga dan yang akan menjaga ketika aku
sedang kesulitan. Mungkin sesekali aku harus mengatakan perasaan nyaman ku kepada diella, tiara,
yukiko dan tak lupa nando sama wurry yang pasti lagi asik pacaran.
UKK pun sudah dimulai, aku berusaha sebaik mungkin agar nilaiku tetap stabil. Karena
bagaimanapun aku tetap memegang janji dan obsesiku, janji akan bertemu aiz kelak dan obsesi untuk
ke New York. Selama seminggu menjalani UKK rasanya pelu sudah sampai batasnya, kini tinggal
menunggu hasil dan saatnya untuk classmeting. Ternyata aiz akan ke luar negerinya seminggu lagi
setelah mendapatkan rapor. Aku hanya bisa menelan ludah ketika memgimgat keberangkatan aiz.
Saat classmeting ada beberapa lomba: voli, sepak bola dan badminton. Dan ternyata oleh teman
sekelas aku dimasukkan semuanya, maklum sih kelasku kekurangan anak cowok, kecewa sih soalnya
gak bisa berdua sama aiz tapi seenggaknya bisa pamer kemampuan sih. Ternyata classmeting kali ini
lawannya lumayan mudah entah karena mereka malas main, terpaksa, atau karena aku bersemangat
ditonton sama aiz, ah yang pasti kelas ku sampai ke final semua. Aiz hanya geleng geleng kepala ketika
melihatku memamerkan kemampuanku di depannya, secara tidak sadar aku ternyata juga diperhatikan
sama savira , dhila dan sahabat sahabatku. Hal itulah yang membuatku semangat dan kelasku pun
memenangkan semua pertandingan tanpa ampun voli dua set langsung 25-10 7-25 sementara sepak
bola 8-0 dan badminton hanya mengeluarkan ganda putra , singgle putra dan ganda campuran yang
hasilnya mutlak menang. Betapa senangnya aku dan teman teman kelasku, akhirnya bisa merasakan
kemenangan yang sesungguhnya.
Setelah penyerahan trompi itu, aku dan aiz pun mengucapkan salam perpisahan, aiz tak hanya
mengucapkan salam perpisahan kepadaku saja tetapi kepada dhila, tiara, diella yang paling
mengagetkan adalah trhadap savira juga. Usai memberi salam perpisahan aiz memberiku secarik dia
berpesan bacalah ketika kakak sudah siap. Aku bingung tapi aku mengangiuk saja, mungkin aku harus
membacanya ketika sudah benar benar melupakan aiz, ah tapi setelah ini pasti sudah kubaca. Dan benar
setelah aiz pergi aku pun membaca isi surat dari aiz.
To: Kak Arca
From : Aiz
Maaf kak sebelumnya kalau sebelumnya aku sangat merepotkanmu. Apalagi
ketika kakak menyatakan perasaan kakak kepadaku mungkin sebenarnya aku juga
menyukai kakak, tapi apa dikata seandainya saja kakak menyatakan sebulan lebih
cepat, sebelum aku bertemu dhila. Mungkin aku dengan senang hati akan menerima
kakak. Kakak tau tiap hari di curhati tentang kakak hal yang sama berulang ulang itu
sangat membosankan. Makanya waktu aku tanya kakak sudah punya pacar itu hanya
memastikan cintaku bukan maksudku cinta temenku tidak bertepuk sebelah tangan.
Aku tau mungkin ketika kakak membaca surat ini kakak kesal hanya karena itu aku
menolak kakak, sebenarnya bukan kak. Alasan yang pertama adalah selama ini aku
terlanjur menganggap kakak adalah saudara yang tak pernah bisa kudapat. Dan aku
tidak mau menghancurkan itu apalagi ada temanku yang juga menyukai kakak,
sehingga aku tidak mau mengorbankan putus tali silahturahmi pertemanananku.
Alasan kedua adalah karena masalah pribadiku, bukannya aku tidak mau cerita ke
kakak ataupun tidak menganggap kakak sebagai temanku tetapi aku benar benar tidak
bisa bercerita kepada kakak. Mungkin aku hanya bisa berandai andai, andai aku
bertemu kakak setahun lebih cepat, andai aku bisa mempunyai waktu yang lama dengan
kakak. Oh ya kak aku tau kakak mungkin akan mengejarku ke New York tapi bisakah
kakak mengurungkan niat kakak? Aku tak mau menyakiti kakak lebih dari ini. Dan
sekarang kakak akan bertanya tanya mengapa aku mengatakan hal seperti ini yang
pasti aku hanya bisa berkata Someday you will find the truth . Aku minta tolong
kepada kakak, lupakanlah aku, karena kita tak mungkin bersama TAK
MUNGKIN BERSAMA KAK!!!. masih banyak orang yang benar
benar mencintai dan menyanyangi kakak dengan tulus. Aku rasa cukup segitu saja
surat perpisahanku untuk kakak , seiring berjalan waktu aku harap kakak bisa
mendapatkan orang yang lebih baik dari aku. Banyak kok kak bisa aja kak Tiara,
Dhila atau sama Savira . Hayo tentukan pilihan kakak jangan sampai menyesal.
Aku menyanyangimu kak Arca !
 

From Your Little Sister
Aiz

Aku tersenyum membaca surat dari aiz mungkin benar katanya aku memiliki orang yang sangat
sayang padaku. Tapi tetap saja aku merasa hanya jka ada aiz di sekitarku duniaku berubah menjadi
kesenangan tak terhingga. Dan ketika membaca surat aiz aku merasa ada yang janggal, kenapa dia
kenal savira? Kenapa dia berandai andai seperti itu? Apakah dia sedang mengidap penyakit lain?
Kenapa aku tidak akan bisa memilikinya? Apakah disana dia dijodohkan dengan orang tuanya? Atau
apakah dia akan meninggalkanku selamanya? Yang artinya dia tiak ada di dunia ini lagi?. Kembali aku
hanya bisa menyimpan pertanyaan pertanyaanku dalam hati.
Setelah kepergian aiz mungkin sedikit demi sedikit aku bisa melupakannya karena
bagaimanapun aku sekarang kelas xii yang artinya belajar demi unas dan juga demi new york.
Berhembus kabar kalau aku sedang berpacaran dengan dhila. Tapi aku tidak menanggapinya toh bagiku
tidak penting menanggapi gosip cetek kayak gitu nanti kalau ditanggapi tambah panjang. Tapi akhirnya
aku sadar pesan aiz, mungkin benar aku harus memilih pasangan, pasangan yang serius. Kulihat dhila
makin hari dia makin deket denganku begitu juga dengan savira, tetapi karena aku lebih mengenal dhila
akhirnya aku lebih memilih dhila sebagai pacarku. Aku tau savira pasti sakit dan kemungkinan akan
menangis seperti waktu itu, aku pun setelah resmi menjadi pacarnya dhila nyari savira ternyata dia ada
di atap sekolah. Savira kelihatannya belum menangis tetapi tampak sekali kalau dia sedih dia bertanya
“kakak bahagia dengan dhila ya :). Ini aku kasih sesuatu” aku kaget melihat seulas senyum yang kini
berubah menjadi tangisan, aku pun mengambil barang yang diberi savira kepadaku dan
menenangkannya dengan memeluknya. Savira tersedu sedu aku tak tau tetapi tangisannya kali ini bener
bener berbeda ada rasa penyesalan di dalamnya. Dan ketika savira berhenti menangis, genggamannya
masih kuat mencekamku lalu mengeendur savira sembari berkata “maafkan aku kak” aku bingung,
mungkin dia tahu tentang ekspresiku dia pun berkata lagi “aku akan melupakanmu, maafkan aku
selama ini telah banyak merepotkanmu” aku hanya menjawab “tidak kamu tidak pernah
merepotkanku, pernahkah seorang kakak mengeluh tindakan si adik yang lucu ini?”. Akhirnya aku dan
savira pun bercanda, tentang berbagai hal, tanpa terasa langit sudah senja dan saat aku melihat hp ku
dhila sudah pulang karena ada les fisika. Aku pun mengantar savira pulang untuk terakhir kalinya aku
melihat senyum itu senyum hangat nan menyejukkan itu seperti bagian dari aiz, yang kurindukan.
Setelah mengantar savira pulang aku pun segera ke rumah, karena sesaat aku melihat bayangan
aiz aku pun teringat obsesiku, aku pun sejenak melepaskan obsesi obsesiku untuk sahabatku. Aku
bercerita dengan sahabat sahabatku tiara yang sekarang uda gak single, diella yang maniak nichijou
beralih ke anime lain karena nichijou udah abis, yukiko yang sudah tidak berkutat dengan campbel
tetapi berkutat dengan buku yang jauh lebih tebel dari campbell, sementara wurry dan nando yang
masih langgeng, damai sentosa. Kami bercerita melalui internet lewat salah satu grup yang khusus buat
kita, aku terutama jadi pembicaraan karena aku baru pacaran sama dhila. Setelah puas bercerita dengan
sahabat sahabatku aku pun tersadar tentang benda yang kudapat dari savira, ketika kubuka betapa
kagetnya aku ternyata itu adalah surat dan sebuah benda, aku membuka surat yang ternyata isinya
To: Kak Arca
From: Aiz
Ketika kak arca membaca surat ini berarti kakak sudah move on, dan uda mulai
nglelupain aku. Langgeng ya kak sama pilihan kakak, aku ngasi surat ini karena aku
anggap kakak sudah siap menerima salah membaca apa yang aku tulis setelah ini.
Sebenarnya selama ini (aku gak tau berapa lama) aku berbohong ke kakak tentang aku
akan ke New York. Aku sebenarnya benar benar meninggalkan kakak selamanya ,
makanya aku menulis kakak dan aku tidak akan mungkin bersama karena ketika kakak
menerima surat ini aku sudah tiada. Alasan keduaku itu adalah karena aku
mendonorkan organ dalamku untuk dua orang yang benar benar butuh karena dari
beratus ratus orang di dunia, hanya aku yang memiliki tingkat kecocokan sampai 90%
hanyalah aku saja. Kakak mungkin berpikir kenapa harus aku, aku pun begitu kak
waktu aku diberitahu itu adalah sebulan sebelum kakak nembak aku, dan orang yang
sangat membutuhkannya adalah sahabatku sendiri dhila dan juga orang yang aku tau
kakak pasti kenal yaitu savira . Dan ketika kakak menyatakan perasaan kakak itu, aku
langsung menolak dan lari itu karena aku gak mau kakak akan sedih ketika kakak
mengetahui aku akan meninggalkan kakak selamanya. Aku pergi 3 bulan itu untuk tes
kecocokan jantung buat dhila biar cangkok nya bener bener sukses. Dan maaf kalau
waktu itu aku jutek ke kakak itu karena aku tidak boleh sering sering deg deg an
sementara ketika aku dekat dengan kakak aku selalu deg degan, makanya aku selalu
memakai pandangan itu agar aku tidak spot jantung terus. Dan ketika kakak dan dhila
berbicara berdua aku mengamatinya kak, makanya ketika dhila ingin mengatakan hal
yang sebenarnya dia tidak jadi bilang karena melihatku. Sementara untuk savira aku
mendonorkan hatiku untuknya, tak seketat jantung aku jarang bertemu dengannya
tetapi dia mengetahui kalau aku menyukai kakak. Makanya saat dia menyatakan
perasaannya dia mengerang, menangis ketika melihatku karena dia merasa bersalah
padamu kak dan juga padaku. Makanya aku meminta maaf sebesar besarnya akan
semua kebohonganku ini, Kuharap kakak bisa mengerti dan lagi aku tidak lagi
menyanyangimu kak melainkan sangat mencintaimu kak. Terimakasih sudah pernah
menoreh sebuah warna dalam buku ceritaku ini kak, dan terimakasih pula sudah
memberikan ku cinta sebesar itu melbihi saudara, melebihi orang tua, dan pasti sebesar
cintamu kepada tuhan. Hope you Well My Friend, My Brother and My Last
Love
Lasr Friend you have
Aiz

Hatiku teriris melihat surat ini aku akhirnya mngetahui semua kebenaran yang selama ini tersingkap.
Mungkin iz aku berdoa untuk semua yang pernah kita lakukan. Aku berdoa agar kamu baik baik saja,
semoga amal ibadah mu diterima disisinya. Amin. Oh ya aku sekalian membuka benda yang diberikan
savira, ternyata itu adalah jam digital super mewah yang aku impikan. Aku ingat pernah bercerita
kepada aiz kalau ak sangat menginginkan jam ini, tapi tak kusangka ternyata aiz benar benar serius
membelikaknku jam ini. Terbungkus rapi oleh gabungan kertas merah dan biru, itu adalah warna faforit
kita. Dan didalamnya ada sebuah tulisanmu “jaga baik baik ya kak, ini adalah benda terakhir yang aku
beli dan jujur ini benda mahal terakhir yang kubeli”. Aku hanya tersenyum membaca hal itu.
Esoknya aku bertanya kepada dhila dan seperti dugaanku dhila menangis sementara savira
sudah siap akan pertanyaanku. Aku hanya menginginkan makam aiz untuk pertama kalinya aku ingin
melihatnya dalam keadaan seperti itu. Dan ternyata makam aiz lumayan jauh dari rumahnya karena aiz
dianggap sebagai pahlawan oleh keluarganya di usia semuda itu rela mengorbankan nyawanya untuk
orang lain. Aku pun berbicara pada makam aiz tentang hubunganku dengan dhila dan aku sempet
bingung apa sebaiknya aku juga dengan savira ya?. Ah jangan laki laki seperti aku tidak pantas untuk
savira, setelah ke makam aiz aku pun ke rumah tiara yang disana sudah ada saahabat sahabatku, mereka
pun membagi simpatinya. Tak urung niatku di makamnya aiz tadi di suarakan sama diella, dia berusul
kalau aku memacari dhila dan savira saja. Karena bagaimanapun kamu takkan bisa memilih antara
jantung dan hati bukan?.
5 TAHUN KEMUDIAN
Lima tahun kemudian aku Arca seorang manager perusahan Arca's salah satu siswa Harvard
University yang merangkap sebagai peneliti dalam hal mikrobiologi ini tercantum sebagai 10 besar
orang terkaya di dunia versi majalah week's. Aku rencananya akan menikahi dhila, yah aku dan dhila
sudah menjalani pacaran selama lima tahun, akhirnya kami mantap menikah dengannya. Sehari
sebelum aku dan dhila menikah, ada suara keributan di luar yang ternyata adalah savira. Savira
mengaku kapok berjalan jalan keliling dunia makanya seminggu setelah aku dan dhila menikah dia
ingin aku menikah dengannya. Tentu saja aku tidak menolaknya karena savira pun adalah pacarku yang
juga lima tahun lamanya kami pacaran. Sebelum itu kami bertiga menyempatkan ziarah ke makam aiz
untuk mendapatkan restu darinya. Aku pun mengeluh kepada aiz “jika kamu tidak mendonorkan
jantung dan hatimu kepada dhila dan savira maka hidupku akan denganmu, tetapi karena kamu sudah
memberikan terbaik yang kamu bisa aku berterimakasih kamu mengirim mereka berdua tepat di saat
aku ragu akan apa itu cinta, terimakasih iz”ucapku pada aiz. Dan itulah akhir kisahku, aku masih
mencintai aiz tetapi tidak sebesar dahulu karena bagaimanapun aku memiliki keluarga yang harus aku
urus dan juga dua istri ku yang cukup cerewet itu.

Copyright © 2009 Aiso Warai All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.